15 Oktober 2008

Skala vs Interval Lajur Survey

Mungkin ada dalam benak kita bahwa apabila skala survey 1:1000 misalnya, maka interval lajur survei maksimum 10m; atau apabila interval lajur survei 10m, maka skala survei 1:1000. Batasan-batasan tersebut sering kita lihat dalam spesifikasi teknis pekerjaan survei, tetapi sebenarnya manakah yang sebenarnya menentukan. Apakah skala menentukan interval lajur-lajur survei atau sebaliknya...?.

Skala berarti berkaitan dengan peta, yaitu gambaran sebagian atau keseluruhan permukaan bumi dalam bidang datar atau bidang peta. Atau skala berarti adalah perbandingan antara satuan diatas bidang peta dengan ukuran sebenarnya di permukaan bumi. Misalnya peta skala 1:1000, berarti 1 cm di atas peta, ukuran sebenarnya di permukaan bumi adalah 1000 cm (atau 10m).

Karena peta adalah gambaran dari permukaan bumi, maka peta yang ideal harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Ketelitianya: artinya dalam proses pembuatan peta harus memenuhi tingkat ketelitian sesuai dengan kebutuhan. Misalnya peta-peta untuk keperluan pekerjaan rekayasa, tingkat ketelitiannya lebih baik dari 1m atau bahkan 10cm. Hal ini dapat dicapai hanya apabila peralatan yang digunakan dan metode yang dipilih mampu untuk mencapai ketelitian tersebut;

2. Kenyataanya: artinya apa yang ada dipermukaan bumi dapat "digambarkan" di atas peta. Apabila ada sungai, maka diatas peta juga harus ada sungai. Pernyataan ini mungkin terasa ganjil, tetapi dari beberapa pengalaman obyek-obyek yang seharusnya ada tetapi tidak tergambar. Salah satu penyebabnya adalah pemilihan metode survei yang kurang tepat;

3. Kelengkapanya: artinya obyek atau detail yang ada dipermukaan bumi dapat digambarkan dengan lengkap di atas peta. Mungkin saja obyek-obyek penting telah dipetakan, namun tahap pengolahan data dan penggambaran tidak dilakukan dengan baik sehingga luput tergambar diatas peta. Hal ini sangat dimungkinkan karena di beberapa institusi/lembaga, tim pengolah data adalah orang yang berbeda dengan tim pengumpul data.

Agar ketiga syarat diatas dapat dipenuhi, interval lajur-lajur survey haruslah dijalankan dengan interval serapat mungkin, khususnya apabila menggunakan alat perum-gema single-beam, agar tidak terdapat kekosongan data atas obyek-obyek penting (misalnya adanya kedangkalan di dasarlaut yang berubah mendadak-pinacle rock).

Jenis dasarlaut juga menjadi pertimbangan dalam menetapkan interval lajur survey. Dasarlaut lumpur atau pasir, secara alamiah biasanya tidak terdapat tonjolan-tonjolan yang mendadak, sehingga interval lajur survei dapat dipilih lebih lebar dibandingkan dengan dasarlaut banyak karang/batu.

Dengan adanya alat perum-gema multibeam dan side scan sonar, maka isu mengenai interval lajur sudah dapat dikurangi. Pada pengoperasian multibeam, yang lebih menentukan interval lajur-lajur survei justru kedalaman air, dan bukan jenis dasarlaut. Semakin dalam airnya, semakin lebar interval lajur surveynya - secara umum interval lajur survei multibeam 2-5 kali kedalaman air.

Salam,
Heri Sulistyo Budi

Tidak ada komentar: